
Kemeja lengan panjang, Tangan. Anting dan cincin, Croix.
Kemeja lengan panjang, Tangan. Anting dan cincin, Croix.
Bisa dibilang saya sangat ambisius tapi juga realistis. Orang yang senang bermimpi alias dreamer biasanya enggak suka karena saya sangat realistis. Tapi inilah yang membuat saya jadi ingin bekerja keras karena saya tahu bahwa untuk mencapai semua ini bukan hal mudah.
Nah, saya sebenarnya pemalu tapi saya sangat suka bernyanyi dan berada di atas panggung, tapi bukan untuk tampil. Lebih karena ingin mencoba menyanyikan banyak lagu.
Iya, itu ada standar hahaha. He really is a sight for sore eyes. Misalnya saat pagi, kok bisa, ya, ia langsung terlihat seperti itu? Kenapa saya harus cuci muka dan pakai concealer dulu? Hahaha...
Vest, kemeja, dan celana, Amotsyamsurimuda.
Anting dan cincin, Croix.
Dari dulu, saya memang selalu tertarik dengan orang-orang yang berbeda dari saya. Dengan itu, kami bisa saling belajar. Kalau kita terlalu sama, saya merasa kualitas dan perspektif yang saya punya, tidak akan terlihat semenarik itu. Meski pastinya tetap ada perselisihan tapi akhirnya jadi seru.
Saya melihat keyakinan dia. Dari pertama, ia sudah yakin dengan saya sehingga saya jadi percaya diri terhadap hubungannya sendiri. Saat pacaran, ia enggak pernah melakukan tarik-ulur, enggak ada hint yang harus ditebak, semuanya serba straight-forward. Dari awal, ia langsung mengungkapkan tujuannya, apa yang ia suka dari saya, dan apa yang ia cari dari sosok pendamping hidup. Hingga akhirnya kita menikah, semua jadi usaha nyata untuk membuat saya merasa secure.
Ia tipe dreamer. Jadi kadang ia suka mikir mau ini-mau itu, sedangkan saya yang jadi realistisnya. Bisa dibilang kami berasal dari spektrum yang berbeda. Ia ekstrover, saya introver. Tapi pada akhirnya kami bisa bertemu di tengah.
Setiap lika-liku kehidupan pasti ada kekecewaan. Justru kalau enggak ada sama sekali, kita mau belajar dari mana? Semua kan harus dialami sendiri. Jadikan ini sebagai learning process sehingga kita pun bisa move on dari kekecewaan itu.
Kemeja dan jumpsuit, Amotsyamsurimuda. Anting, Croix.
Saat awal merintis karena beberapa kali pernah ditolak label. Dulu kan bukan seperti sekarang yang bisa langsung berkarya di Instagram. Selain itu, ada banyak rumor yang membuat saya jatuh. Tapi di sanalah sisi introver saya berjasa, sehingga saya jadi bisa introspeksi diri dan akhirnya move on.
Benar! Tapi mungkin kalau saya yang sekarang melihat saya yang dulu juga akan bilang begitu hahaha. Karena saya dulu enggak mengerti fashion dan makeup. Pada zaman itu, saya belum bisa afford makeup artist. Sekarang, saya sangat antusias terhadap makeup. Lagipula industri musik saat itu adalah masanya Krisdayanti, Titi DJ, dan Rossa. Apalah Raisa? Bahkan dulu pernah foto untuk sebuah majalah tanpa disiapkan makeup artist atau wardrobe. Jadi saya foto dengan baju yang dikenakan dari kampus tanpa persiapan apa pun.
Saya pernah menangis karena yang mengutarakan hal itu adalah orang terdekat. Jadi saya mikir, “Kenapa kamu enggak membela saya?”. Apalagi saya orangnya insecure jadi rasanya semakin galau. Pada akhirnya, saya perlahan fokus membenahi kualitas bernyanyi dan lainnya.
Jumpsuit denim, Vivi Valnecia X Bimo Permadi.
Cincin, Croix.
Waktu itu kita kuat di radio, sih. Saat karya saya masih sedikit, saya sudah jamming setiap minggu di Trax FM. Bisa dibilang pergerakan awal seperti musisi indie yang harus gerilya sendiri hingga akhirnya joint venture dengan label besar.
Saat kita masuk ke industri apa pun, sadari bahwa kita harus siap belajar. Kalau enggak, kita akan mudah tersinggung dan enggak bertumbuh.
Pernah banget. Saya bangga punya karier, tapi tidak ada yang bisa membuat saya sebangga menjadi seorang ibu. Karena meski kita sudah merasa siap, sehebat apa pun dukungan kita, menjadi ibu adalah tugas yang susah. Mentally and physically exhausting. Mungkin ada orang yang bertanya, “Enggak kasihan anaknya ditinggal?”. Percaya deh, tanpa harus ditanyakan, kita juga sudah tahu. Tapi saya melihat sisi positifnya bahwa saya mencintai pekerjaan ini. Bukan karena hanya ini adalah passion tapi juga me-time. Jadi ketika saya bekerja, menjadi sosok Raisa, sepulangnya ke rumah, I can be a better mother.
Ini alasan terbesar saya kenapa enggak mau terlalu menunjukkan anak di media sosial. Menjadi ibu sudah susah banget, saya enggak mau menambahkan beban.
Intuitive, loving, and relax.
Untuk sekarang, belum. Bukan karena enggak mampu meninggalkan dunia musiknya tapi bagi saya, pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan terberat.
Vest, kemeja, dan celana, Amotsyamsurimuda. Anting dan cincin, Croix.
Saya pernah mengalami bodyshaming. Tapi entah kenapa, setelah punya anak dan mungkin banyak yang menganggap badan jadi kurang ideal, saya justru jadi lebih percaya diri. Saya baru menyadari setelah melewati proses hamil dan melahirkan, bahwa tubuh kita bukan sekadar ‘kurus’ atau ‘gendut’, melainkan bisa jadi tempat untuk seorang anak, menikmati rasa sakit saat mengeluarkannya, dan organ-organ tubuh yang kemudian bersatu lagi. Saya pun masih bisa mengurus anak sepulangnya dari rumah sakit dan menyusui. It’s an eye-opening. Saya jadi tahu banyak hal yang bisa dilakukan oleh tubuh dan kalau cara saya memperlakukannya sebatas, “Ah, kamu enggak sempurna”, rasanya menyedihkan. Tubuh ini sudah memberikan banyak hal pada anak saya dan menjadikan saya seorang ibu.
Always trust the timing of life. Tak perlu merasa diburu waktu dan tujuan karena tujuan itu akan selalu ada. Terlalu memikirkan apa yang ada di depan hanya akan membuat kita lupa bahwa hari ini, momen ini, adalah yang terpenting.