Hair & Beauty

Breast Augmentation: Operasi Estetika untuk Payudara Ideal

By : Putri Arifa Malik - 2024-05-15 16:00:01 Breast Augmentation: Operasi Estetika untuk Payudara Ideal

Memiliki bentuk tubuh ideal mungkin sudah menjadi impian hampir semua orang, terutama perempuan. Bentuk tubuh ideal tak hanya diperlihatkan melalui siluet tubuh dengan pinggang ramping dan perut yang rata, tapi juga terlihat dari area payudara. Banyak perempuan yang masih merasa bentuk tubuhnya kurang ideal dengan payudara yang tergolong kecil dan tidak memiliki volume. Hal ini kadang membuat seorang perempuan menjadi kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri, sehingga kualitas hidupnya bisa saja terganggu.

Berangkat dari masalah tersebut, operasi payudara yang dikenal dengan breast augmentation menjadi prosedur yang cukup digemari oleh perempuan. Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Subspesialis Estetik Lanjut dari Aesthetic Center Mayapada Hospital Jakarta Selatan dan Surabaya, yakni dr. Beta Subakti Nata’atmadja, Sp,B.P.R.E.,Subsp.E.L(K) mengatakan bahwa secara estetik figur payudara ideal adalah yang ukurannya cukup (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, memiliki volume, dan berbentuk teardrop (seperti kosong di bagian atas dan bulat berisi di bagian bawah). “Biasanya posisi ideal juga simetris, yaitu berada di bagian dada depan di sisi atas,” ungkapnya.

Secara garis besar, dr. Beta menjelaskan bahwa breast augmentation sendiri adalah tindakan operasi estetika yang bertujuan menambah volume dan/atau memperbesar payudara dengan menggunakan implan. “Breast augmentation masuk ke dalam lima besar operasi estetika yang digemari, bersamaan dengan rhinoplasty atau operasi hidung dan operasi estetika di area mata yang juga banyak penggemarnya,” tutur dr. Beta saat diwawancara oleh Her World Indonesia secara virtual.


Tahapan Operasi Breast Augmentation

Apapun alasannya, pasien yang memilih untuk melakukan breast augmentation perlu memerhatikan beberapa hal berikut. Pertama, pasien datang ke dokter spesialis untuk melakukan konsultasi awal. Di tahap konsultasi, pasien bisa melontarkan pertanyaan seputar operasi dan bentuk payudara yang diinginkan oleh pasien dan dokter pun menjelaskan secara detail tentang prosedur, efek samping, serta risikonya, serta memahami keinginan dari pasien. Kedua, pasien wajib menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh sebelum diputuskan apakah breast augmentation bisa dilakukan terhadap pasien tersebut. Setelah lulus pemeriksaan kesehatan dengan baik, pasien akan menjalani proses desain dan/atau gambar bentuk payudara yang diinginkan.

Breast augmentation adalah operasi estetika, di mana sang pasien adalah individu sehat yang sebenarnya tidak memiliki kondisi khusus atau gangguan payudara secara medis. Operasi estetika bertujuan untuk meningkatkan self confidence dan quality of life,” kata dr. Beta. Dari sini, dr. Beta menjelaskan bahwa setiap pasien harus dipastikan faktor psikologisnya tidak terganggu, bahwa ia memang melakukan operasi ini atas kemauan sendiri, bukan dorongan dari orang lain. “Selain faktor psikologis, pasien juga harus melakukan tes kesehatan lengkap seperti USG payudara dan mammography untuk memastikan kondisi payudaranya sehat dan siap menerima tindakan operasi,” lanjutnya. Setelah dilakukan prosedur operasi, pasien juga akan menjalani observasi pasca breast augmentation.


(dr. Beta Subakti Nata’atmadja, Sp,B.P.R.E.,Subsp.E.L(K). Foto: Dok. Mayapada Hospital)


“Keahlian dr. Beta memperkuat keunggulan layanan yang dimiliki Aesthetic Center di Mayapada Hospital Jakarta Selatan dan Surabaya, termasuk di dalamnya Korean rhinoplasty, facelift, eyelid surgery, hingga operasi meniruskan wajah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya Jakarta. Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga telah terakreditasi Joint Commission International (JCI), yang selalu mendukung patient safety dalam memberikan patient journey yang aman, nyaman, dan memuaskan sehingga tak perlu jauh-jauh lagi ke luar negeri. Kenapa harus dilakukan dirumah sakit? Karena rumah sakit memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan didukung oleh tim multidisiplin dokter untuk mendukung operasi ini. Penting juga bagi pasien untuk mengenal dokter yang akan melakukan tindakan operasi lebih dekat agar hasil yang diharapkan bisa terwujud.”
- dr. Fiktorius Kuludong, MM. Direktur Mayapada Hospital Jakarta Selatan

Siapa Saja yang Butuh Tindakan Breast Augmentation?

Menurut dr. Beta, ada beberapa karakteristik pasien yang membutuhkan tindakan breast augmentation ini. “Pertama adalah mereka yang secara genetik memang payudaranya kecil dan menginginkan bentuk yang lebih besar dan bervolume. Kedua, mereka yang memiliki payudara bervolume, lalu karena berbagai faktor seperti hamil dan menyusui, akhirnya mengalami volume loss atau mengendur. Ada juga pasien yang mengalami volume loss karena penuaan dan penurunan berat badan yang cukup drastis,” ungkap dr. Beta.


Kenali Teknik Breast Augmentation yang Tepat!

Pemilihan implan yang tepat menjadi salah satu kunci kesuksesan dari breast augmentation. Pasien disarankan untuk berkonsultasi dan mendapatkan informasi dari dokter tentang keuntungan dan risiko dari masing-masing jenis implan sebelum menjatuhkan pilihan. “Implan yang digunakan ada yang memiliki jenis surface kasar dan halus, kemudian ia juga memiliki ukuran serta bentuk yang berbeda-beda. Ada bentuk bulat dan ada juga bentuk teardrop yang mengikuti siluet alami payudara,” ujar dr. Beta. Isi dari implan tersebut juga berbeda, yang satu berisi gel silikon dan satu lagi berisi air atau lebih tepatnya cairan saline. “Banyak pasien yang memilih isi gel silikon karena lebih tahan terhadap gravitasi,” lanjutnya.

Teknik operasinya pun beragam, yang pertama adalah memilih dari mana implan akan dimasukkan. “Bisa dimasukkan dari lipatan bawah payudara, melalui ketiak, atau dari area puting payudara,” jelas dr. Beta. Ketiga teknik ini sama saja amannya, namun kembali lagi ke kebutuhan pasien yang akan melakukan breast augmentation. “Sampai saat ini, paling banyak dilakukan adalah memasukkannya lewat lipatan bawah payudara,” tutur dr. Beta. Ia juga menambahkan, komunikasi dua arah antara pasien dan dokter yang menangani harus baik dan jelas, agar bisa memberikan hasil optimal.

Kemudian tentang peletakkan implan di dalam payudara itu sendiri. Perkembangan breast augmentation tentunya memengaruhi hal ini. “Dulu, implan seringnya diletakkan di bawah kelenjar payudara. Kemudian muncul lagi teknik yang meletakkannya di bawah otot. Kini, seiring berkembangnya ilmu kedokteran, implan diletakkan setengah di bawah kelenjar dan setengah di bawah otot. Ini adalah teknik yang juga saya gunakan,” jelas dr. Beta. Menurutnya, teknik tersebut tentu lebih baik dibanding kedua teknik sebelumnya. “Studi mengatakan bahwa teknik satu ini paling baik digunakan bagi pasien yang memiliki kulit payudara tipis,” ujar dr. Beta.


“Kemampuan dan keandalan dr. Beta patut diketahui masyarakat Indonesia dan patut dirasakan oleh pasien yang membutuhkan breast augmentation. Di sini, kami, Mayapada Hospital Surabaya, memberikan layanan terbaiknya kepada pasien dengan tim medis kami yang ahli, penunjang medis terkini, serta fasilitas lengkap yang dapat membuat pasien semakin nyaman.”
- dr Bona Fernando,BSc.,MD. Hospital Director Mayapada Hospital Surabaya


(Foto: Dok. Senivpetro/Freepik)


Proses Penyembuhan

Semua operasi tentunya memiliki efek samping dan risiko komplikasi, termasuk breast augmentation. Menurut dr. Beta, efek samping yang terjadi pada umumnya adalah luka, lebam, dan nyeri beberapa saat setelah operasi. Ketidaknyamanan yang muncul tersebut tentunya telah diprediksi oleh dokter dan telah disiapkan tindakan pencegahan untuk membantu meringankannya sehingga pasien tidak perlu khawatir.

Sedangkan untuk risiko komplikasi yang bisa saja muncul, dr. Beta menjelaskan tentang capsular contracture. “Kejadian ini terjadi akibat adanya benda asing yang dimasukkan ke dalam tubuh, dalam hal ini implan. Antara benda asing dan tubuh kita, akan tumbuh jaringan luka atau jaringan parut yang bertujuan membatasi dua hal tersebut. Ini adalah hal normal yang secara alami dilakukan oleh tubuh. Namun pada beberapa orang, jaringan ini akan menebal dan mengerut sehingga bentuk implan akan berubah,” jelasnya. Ia juga mengungkapkan implan dengan permukaan bentuk kasar digunakan untuk mengurangi risiko komplikasi satu ini. “Komplikasi kedua adalah munculnya kanker di capsule, bukan di kelenjar payudara. Probabilitasnya sangat rendah dan jika ditemukan, capsule segera diangkat. Survival rate juga sangat tinggi untuk kasus ini,” lanjut dr. Beta.

Proses penyembuhan breast augmentation juga tidak memakan waktu lama. “Pasien akan merasakan ketidaknyamanan dalam satu hingga dua hari, pembengkakan selama dua minggu hingga satu bulan,” tutur dr. Beta. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, dr. Beta juga menyarankan untuk memerhatikan beberapa hal. “Tidak menggunakan wired bra, menjaga luka operasi tetap kering juga bersih, diet normal tinggi protein, serta minum vitamin E selama satu hingga dua tahun ke depan,” tukasnya. Selain itu, ia juga menyarankan breast massaging. “Dorong implan ke atas dan ke bawah secara teratur selama satu bulan dan juga jangan melakukan olahraga atau gerakan ekstrem yang mengangkat tangan berlebihan untuk sementara waktu,” kata dr. Beta.

Penting untuk melakukan USG payudara rutin setahun sekali demi mengecek keadaan implan. Ada kemungkinan implan mengalami kerusakan seiring berjalannya waktu, namun hal ini bisa diketahui melalui pemeriksaan secara berkala, sehingga dokter tahu tindakan apa yang harus diambil. Pasien juga diharapkan mindful terhadap keadaan payudara sendiri, jika ada perubahan di konsistensinya atau merasakan ketidaknyamanan, diharapkan langsung untuk menemui dokter. “Jika sudah mengeras, berarti ada sesuatu yang harus diperiksa lebih lanjut,” kata dr. Beta. Ia juga menyarankan pasien di atas usia 35 tahun untuk melakukan mammography secara berkala.


“Keseluruhan pengalaman saya melakukan operasi implan payudara di Mayapada Hospital dengan dr. Beta sangat memuaskan. Saya menerima begitu banyak informasi sebelum menjalani tindakan dan pelayanan setelah operasi juga sangat luar biasa. Saya sangat senang dengan seluruh prosedur dan after-care yang diberikan.”
-Ignatia, Pasien Breast Implant Surgery dr. Beta




Mitos dan Fakta Breast Augmentation

FAKTA: Pasien yang sudah pernah melakukan breast augmentation lalu mengalami kehamilan akan tetap bisa menyusui bayinya seperti biasa. Implan tidak akan memengaruhi kelenjar susu karena posisinya terletak di belakang kelenjar susu. Namun, payudara bisa kembali mengendur dan jika ingin maksimal, pasien harus melakukan breast augmentation kembali.

FAKTA: Implan bisa saja bocor. Jika memilih implan jenis air, ia akan langsung terserap oleh tubuh. Apabila menggunakan implan jenis silikon, maka harus dilakukan prosedur pembersihan oleh tenaga ahli medis.

MITOS: Implan payudara tidak akan meledak ketika Anda bepergian menggunakan pesawat terbang.






Hair & Beauty