Kasus bunuh diri kini ramai diberitakan di media sosial, dengan berita yang menyentuh banyak kalangan. Mereka yang terlibat datang dari latar belakang yang beragam: pelajar, mahasiswa, pekerja, bahkan fenomena ini juga menjangkiti usia dewasa hingga lansia. Bunuh diri menjadi suatu fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian serius dari masyarakat luas.
Bagi sebagian orang, bunuh diri dianggap masalah sepele dan tidak layak dibicarakan. Sayangnya, banyak yang bersikap diskriminatif dan cenderung memojokkan korban, menganggap mereka lemah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa jumlah orang yang bunuh diri lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, terutama di negara-negara dengan industri maju.
Dicky Pelupessy, Dosen Psikologi Sosial Universitas Indonesia (UI), menjelaskan bahwa terdapat dua dimensi utama yang berkaitan dengan bunuh diri: faktor psikologis dan sosial. Dari segi psikologis, kondisi mental seperti depresi, kecemasan, dan trauma memiliki peran besar dalam meningkatkan risiko bunuh diri.
Banyak individu yang merasa putus asa dan kehilangan harapan, yang dapat memicu pikiran untuk mengakhiri hidup. Pengalaman traumatis, seperti kehilangan orang terkasih atau kekerasan, sering kali menciptakan rasa sakit yang mendalam, membuat mereka merasa terasing dan tanpa dukungan.
Di sisi sosial, lingkungan sekitar sangat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Kurangnya dukungan dari keluarga dan teman dapat membuat individu merasa sendirian dalam menghadapi masalah. Stigma seputar kesehatan mental juga seringkali menghalangi orang untuk mencari bantuan, karena mereka takut akan penilaian negatif dari masyarakat. Selain itu, masalah ekonomi, seperti pengangguran dan kesulitan finansial, turut memperburuk situasi, menciptakan perasaan putus asa yang mendalam.
(Baca juga: Don't Worry! Ini 4 Tips Agar Rambut Tidak Mudah Rontok)
Masalah kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Ketika kita merasa sakit, penting untuk berbicara dengan teman atau pergi ke layanan konseling, seperti psikolog. Namun, langkah ini harus diiringi dengan dukungan yang memadai dari pemerintah dan lembaga terkait.
Pemerintah harus menyediakan layanan kesehatan mental secara sistematis dan inklusif. Ini termasuk regulasi mengenai fasilitas, proses konseling, dan jaminan privasi bagi setiap individu. Salah satu langkah kecil yang dapat diambil adalah menyediakan layanan psikolog dan psikiater di puskesmas terdekat dengan komunitas.
Fenomena ini menekankan pentingnya kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental dalam masyarakat. Masyarakat perlu diberi edukasi untuk mengenali tanda-tanda masalah kesehatan mental, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan meningkatkan kesadaran, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih suportif, mengurangi stigma, dan mendorong individu untuk mencari bantuan ketika dibutuhkan. Langkah ini sangat penting dalam upaya pencegahan bunuh diri dan mendukung mereka yang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental.
(Baca juga: Baik Untuk Kesehatan, Ini 5 Manfaat Buah Plum Pada Tubuh)
Di Indonesia, jika kamu atau seseorang yang kamu kenal membutuhkan bantuan, kamu dapat menghubungi:
- Layanan Kesehatan Jiwa: 021-500-919
- Yayasan Pulih: 021-7883-2000
Jangan ragu untuk mencari bantuan. Kesehatan mental adalah hal yang penting, dan ada banyak sumber daya yang tersedia untuk mendukungmu.
(Penulis: Katarina Dian)